Kamis, 08 Maret 2018

Routing Information Protocol (RIP)

Routing Information Protocol (RIP)



Routing Information Protocol (RIP)adalah sebuah protokol routing dinamis yang digunakan dalam jaringan LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area Network). Oleh karena itu protokol ini diklasifikasikan sebagai Interior Gateway Protocol (IGP). Protokol ini menggunakan algoritma Distance-Vector Routing. Pertama kali didefinisikan dalam RFC 1058 (1988). Protokol ini telah dikembangkan beberapa kali, sehingga terciptalah RIP Versi 2 (RFC 2453). Kedua versi ini masih digunakan sampai sekarang, meskipun begitu secara teknis mereka telah dianggap usang oleh teknik-teknik yang lebih maju, seperti Open Shortest Path First (OSPF) dan protokol OSI IS-IS. RIP juga telah diadaptasi untuk digunakan dalam jaringan IPv6, yang dikenal sebagai standar RIPng (RIP Next Generation/ RIP generasi berikutnya), yang diterbitkan dalam RFC 2080 (1997).

Cara Kerja RIP

Host mendengar pada alamat broadcast jika ada update routing dari gateway.

Host akan memeriksa terlebih dahulu routing table lokal jika menerima update routing .

Jika rute belum ada, informasi segera dimasukkan ke routing table .

Jika rute sudah ada, metric yang terkecil akan diambil sebagai acuan.

Rute melalui suatu gateway akan dihapus jika tidak ada update dari gateway tersebut dalam waktu tertentu

Khusus untuk gateway, RIP akan mengirimkan update routing pada alamat broadcast di setiap network yang terhubung

Karakteristik dari RIP:

Distance vector routing protocol

Hop count sebagi metric untuk memilih rute

Maximum hop count 15, hop ke 16 dianggap unreachable

Secara default routing update 30 detik sekali

RIPv1 (classfull routing protocol) tidak mengirimkan subnet mask pada update

RIPv2 (classless routing protocol) mengirimkan subnet mask pada update

Kelebihan dan Kekurangan

1. Kelebihan

RIP  menggunakan  metode  Triggered  Update.  RIP  memiliki  timer  untuk mengetahui  kapan  router  harus  kembali  memberikan  informasi  routing.  Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan  informasi  routing  karena  dipicu  oleh  perubahan  tersebut  (triggered update). Mengatur  routing  menggunakan  RIP  tidak  rumit  dan  memberikan  hasil  yang cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan

2. Kekurangan

Dalam implementasi RIP memang mudah untuk digunakan, namun RIP mempunyai masalah serius pada Autonomous System yang besar, yaitu :

Terbatasnya diameter network, Telah disebutkan sedikit di atas bahwa RIP hanya bisa menerima metrik sampai 15. Lebih dari itu tujuan dianggap tidak terjangkau. Hal ini bisa menjadi masalah pada network yang besar.

Konvergensi yang lambat,  Untuk menghapus entry tabel routing yang bermasalah, RIP mempunyai metode yang tidak efesien. Seperti pada contoh skema network di atas, misalkan subnet 10 bernilai 1 hop dari router 2 dan bernilai 2 hop dari router 3. Ini pada kondisi bagus, namun apabila router 1 crash, maka subnet 3 akan dihapus dari table routing kepunyaan router 2 sampai batas waktu 180 detik. Sementara itu, router 3 belum mengetahui bahwa subnet 3 tidak terjangkau, ia masih mempunyai table routing yang lama yang menyatakan subnet 3 sejauh 2 hop (yang melalui router 2). Waktu subnet 3 dihapus dari router 2, router 3 memberikan informasi ini kepada router 2 dan router 2 melihat bahwa subnet 3 bisa dijangkau lewat router 3 dengan 3 hop ( 2 + 1 ). Karena ini adalah routing baru maka ia akan memasukkannya ke dalam KRT. Berikutnya, router 2 akan mengupdate routing table dan memberikannya kepada router 3 bahwa subnet 3 bernilai 3 hop. Router 3 menerima dan menambahkan 1 hop lagi menjadi 4. Lalu tabel routing diupdate lagi dan router 2 meneriman informasi jalan menuju subnet 3 menjadi 5 hop. Demikian seterusnya sampai nilainya lebih dari 30. Routing atas terus menerus looping sampai nilainya lebih dari 30 hop.

Tidak bisa membedakan network masking lebih dari /24, RIP membaca IP address berdasarkan kepada kelas A, B dan C. Seperti kita ketahui bahwa kelas C mempunyai masking 24 bit. Dan masking ini masih bias diperpanjang menjadi 25 bit, 26 bit dan seterusnya. RIP tidak dapat membacanya bila lebih dari 24 bit. Ini adalah masalah besar, mengingat masking yang lebih dari 24 bit banyak dipakai. Hal ini sudah dapat di atasi pada RIPv2.

Jumlah  host  Terbatas.

RIP  tidak  memiliki  informasi  tentang  subnet  setiap  route.

RIP  tidak  mendukung  Variable  Length  Subnet  Masking  (VLSM), Ketika  pertama kali dijalankan hanya mengetahui cara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal) dan tidak mengetahui topologi jaringan tempatnya beradapon dari seseorang yang berada ditempat lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar